- Back to Home »
- INFORMASI , PENGETAHUAN , SEX EDUCATION »
- Tentang Vaginismus, Darah, dan Status Keperawanan
Rabu, 19 Juni 2013
Apa itu vaginismus? artikel berikut membahas organ intim. Sekadar berbagi pengetahuan tanpa bermaksud menjurus ke arah pornografi.
“Vaginismus ialah kumpulan gejala saat otot vagina mengalami spasme atau kekejangan ketika penis siap masuk. Biasanya dipicu trauma psikologis,” terang dr. Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS.
Trauma dipicu kekhawatiran mendalam karena rasa nyeri saat berhubungan seks, juga pernah melihat teman atau kerabat menjadi korban pelecehan maupun kekerasan seksual.
Darah dan Status Perawan
Bisa juga karena pasien semasa kecil mendengar orang tua berhubungan seks sampai berteriak lalu tercipta pemikiran bahwa kegiatan intim itu menyakitkan. Vaginismus merupakan sindrom. Bukan penyakit. Sindrom adalah kumpulan gejala yang masih harus diteliti penyebabnya. Akibat yang sama bisa dipicu sebab yang berbeda. Sedangkan penyakit, kasus yang jelas penyebabnya.
Misalnya, tifus gejala dan penyebabnya jelas bakteri salmonella typhosa. Vaginismus biasanya ditemukan di desa atau second cities dengan tingkat pendidikan penduduk kurang tinggi. Uniknya, di Jakarta angka vaginismus cukup tinggi. Setiap minggu, Boyke selalu kedatangan pasien vaginismus.
Pemicunya, informasi soal seks yang kerap menyesatkan. Bahwa melakukan hubungan seks itu sakit, berdarah, dan robek. Itu memicu trauma-trauma kecil yang jika didiamkan akan menumpuk lalu terekam di alam bawah sadar.
Akibatnya, saat melakukan hubungan seks, vaginismus menyerang. Ada banyak salah kaprah soal organ intim wanita.
Misalnya, baru kali pertama melakukan hubungan seks, perawan mengeluarkan darah. Jika tidak berdarah, berarti sudah tidak perawan. Boyke melansir hasil penelitian, 36 persen perempuan yang baru kali pertama berhubungan badan tidak mengeluarkan darah.
Ini dipicu beberapa kemungkinan.
“Kemungkinan pertama saat berhubungan seks, bisa jadi yang sobek adalah bagian selaput dara yang tidak mengandung pembuluh darah. Kedua, ada beberapa selaput dara yang sifatnya elastis atau anemon. Ketika penis masuk, selaput dara ikut melengkung ke dalam. Saat penis ditarik, selaput dara mengikuti gerakan penis. Lentur. Ketiga, ketika selaput darah robek, darah hanya meleleh ke vagina. Tidak menetes sampai ke luar atau ke seprai,” papar bintang film Basahhh.
Seperti halnya kanker, vaginismus pun memiliki stadium. Boyke membagi vaginismus menjadi dua tingkatan. Ringan dan berat. Dikatakan ringan jika pemulihan dilakukan cukup dengan konsultasi.
“Vaginismus yang berat, baru disuruh naik ke tempat tidur sudah panik dan histeris. Baru disentuh organ vitalnya saja, otot perut langsung kontraksi dan kejang,” Boyke menukas.
Rekomendasi Boyke
Salah kaprah lain, anggapan vaginismus hanya terjadi pada perawan. Wanita yang melahirkan pun bisa mengidap vaginismus. Saking beratnya, penderita vaginismus dibius, diinseminasi, hamil, lalu melahirkan lewat cara caesar.
Setelah melahirkan, lalu diajak suami berhubungan seks tetap saja susah. Ujung-ujungnya teknik bius kembali diandalkan.
Patut diingat bahwa vaginismus tidak mempunyai gejala yang kasat mata. Biasanya, suami baru menyadari istri mengalami vaginismus ketika malam pertama berakhir dengan “kegagalan”. Kalau ini terjadi (amit-amit, semoga tidak, ya Jeung), Boyke menyampaikan beberapa hal untuk diperhatikan:
Hubungan seks tidak menyakitkan jika suami istri siap. Lakukan dengan cinta dan melibatkan ikatan emosi positif terhadap pasangan.
Untuk mengurangi trauma saat pertama kali berhubungan, bisa gunakan gel.
Jangan memaksakan diri berhubungan intim saat malam pertama. Jika istri kesakitan kemudian menolak, jangan marah. Mungkin istri masih tegang dan takut. Ingat, malam pertama tak harus dihabiskan dengan berhubungan intim.
Dianjurkan menggunakan bantal sebagai ganjal pinggul dan bokong istri berhubungan intim kali pertama. Bantal sebagai ganjal membuat posisi istri nyaman dan memberi efek relaks.
“Saya menyarankan agar mandi berdua, untuk mengenali tubuh pasangan. Ini bermanfaat untuk mempelajari anatomi tubuh lawan jenis. Ini penting jika pasangan Anda belum pernah menjalin relationship. Pengenalan seperti ini saya rekomendasikan,” kata Boyke.
Anggapan film porno salah satu medium memulihkan vaginismus itu keliru. “Beberapa adegan film porno (mungkin) memperlihatkan wanita menjerit kesakitan berkali-kali saat berhubungan intim. Itu malah memicu panik dan ketakutan. Pasien malah khawatir jika adegan itu menimpa dirinya. Kunci preventif vaginismus bukan dengan menonton film porno melainkan pendidikan seks melalui informasi yang komperehensif,” imbuhnya.
Ingat, saraf vagina bukanlah saraf yang bekerja atas dasar perintah otak. Ia bersifat parasintetik. Tanpa sadar dia bergerak membuka dan menutup sendiri seperti gerak refleks.